Makalah Kenol
Sabtu, 20 Mei 2017
STUDI KEPUSTAKAAN
MAKALAH
STUDI KEPUSTAKAAN
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
METODOLOGI
PENELITIAN
DOSEN : DR. Afiful Ikhwan, M.Pd.I
DISUSUN OLEH :
M. ABDUL KHOIRI
ZAENAL ARIFIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG
TULUNGAGUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Mengadakan survei terhadap data yang ada merupakan langkah
yang penting sekali dalam metode ilmiah. Memperoleh informasi dari penelitian
terdahulu harus dikerjakan, tanpa memperdulikan apakah sebuah penelitian
menggunakan data primer atau data sekunder, apakah penelitian tersebut
menggunakan penelitian lapangan ataupun laboratorium atau di dalam museum.
Survei terhadap data yang telah tersedia dapat di kerjakan
setelah masalah penelitian dipilih atau dilakukan sebelum masalah dipilih. Jika
studi kepustakaan dilakukan sebelum pemilihan masalah, penelaah kepustakaan
termasuk memperoleh ide tentang masalah apa yang paling up to date untuk di
rumuskan dalam penelitian dengan mengadakan survei terhadap data yang telah
ada, si peneliti bertugas menggali teori- teori yang telah berkembang dalam
bidang ilmu yang berkepentingan, mencari metode-metode serta teknik penelitian,
baik dalam mengumpulkan data atau dalam menganalisa data, yang telah pernah di
gunakan oleh peneliti terdahulu, memperoleh orientasi yang lebih luas dalam
permasalahan yang di pilih, serta menghindarkan terjadinya duplikasi-duplikasi
yang di inginkan.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa pengertian dari studi kepustakaan?
2.
Apa tujuan kepustakaan?
3.
Bagaimana sumber kepustakaan itu?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Agar
Mengetahui Studi Kepustakaan.
2.
Agar
mengetahui tujuan kepustakaan.
3.
Agar
memahami sumber kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Studi Kepustakaan
Yang dimaksud dengan studi
kepustakan ialah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun
informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang
diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan
penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia dan sumber-sumber tertulis baik
tercetak maupun elektronik lain.
Studi kepustkaan merupakan
suatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Teori-teori
yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan
melakukan studi kepustakan. Selain itu seorang penelitian dapat memperoleh
informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan
penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Dengan melakukan studi kepustakan peneliti dapat memanfaatkan semua informasi
dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya.
B. Tujuan
Studi Kepustakaan
Peneliti akan
melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama dia melakukan
penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang kajian literatur
dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang
akan dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu
tersebut (the state of the art). Studi kepustakaan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian bertujuan untuk: Menemukan suatu masalah untuk
diteliti. Dalam arti bukti-bukti atau pernyataan bahwa masalah yang akan
diteliti itu belum terjawab atau belum terpecahkan secara memuaskan atau belum
pernah diteliti orang mengenai tujuan, data dan metode, analisa dan hasil untuk
waktu dan tempat yang sama.
Mencari
informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti.
Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Menggali teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian dan melakukan komparasi-komparasi dan menemukan konsep-konsep yang relevan dengan pokok masalah yang dibahas dalam penelitian.
Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. Menggali teori-teori yang relevan dengan permasalahan penelitian dan melakukan komparasi-komparasi dan menemukan konsep-konsep yang relevan dengan pokok masalah yang dibahas dalam penelitian.
Mencari
landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan pemecahan masalah dan
pemikiran untuk perumusan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian. Sebab
dalam ilmu pengetahuan pada umumnya teori mempunyai dua fungsi pokok yaitu: a).
menerangkan generalisasi
empiris yang sudah diketahui; dan b). meramalkan generalisasi empiris yang belum diketahui. Untuk jenis -penelitian tertentu, misalnya penelitian eksploratif, mungkin hipotesis tidak ada, namun demikian tidak akan membebaskan peneliti dan menyajikan penelaahan kepustakaan.
empiris yang sudah diketahui; dan b). meramalkan generalisasi empiris yang belum diketahui. Untuk jenis -penelitian tertentu, misalnya penelitian eksploratif, mungkin hipotesis tidak ada, namun demikian tidak akan membebaskan peneliti dan menyajikan penelaahan kepustakaan.
Untuk membuat
uraian teoritik dan empirik yang berkaitan dengan faktor, indikator, variable
dan parameter penelitian yang tercermin di dalam masalah-masalah yang ingin dipecahkan.
Memperdalam pengetahuan peneliti tentang masalah dan bidang yang akan diteliti.
Agar peneliti dapat pandai-pandai memanfaatkan informasi dari suatu makalah yang diperlukan bagi penelitiannya, terutama yang terkait dengan objek dan atau sasaran penelitiannya. Sekurang-kurangnya peneliti dapat menyadap tujuan, data dan metode, analisis dan hasil utama penelitian.
Agar peneliti dapat pandai-pandai memanfaatkan informasi dari suatu makalah yang diperlukan bagi penelitiannya, terutama yang terkait dengan objek dan atau sasaran penelitiannya. Sekurang-kurangnya peneliti dapat menyadap tujuan, data dan metode, analisis dan hasil utama penelitian.
C. Sumber
Kepustakaan
Bahan kepustakaan dapat berupa sumber primer
(primary source) maupun sekunder (secondary source). Bahan kepustakaan yang
merupakan sumber primer adalah karangan asli yang ditulis oleh seorang yang
melihat, mengalami, atau mengerjakan sendiri. Bahan kepustakaan semacam ini dapat
berupa buku harian (autobiography), tesis, disertasi, laporan penelitian, dan
hasil wawancara. Selain itu sumber primer dapat berupa laporan pandangan mata
suatu pertandingan, statistik sensus penduduk dan lain sebagainya. Sedangkan
yang dimaksud dengan sumber sekunder (secondary source) adalah tulisan tentang
penelitian orang lain, tinjauan, ringkasan, kritikan, dan tulisan-tulisan
serupa mengenai hal-hal yang tidak langsung disaksikan atau dialami sendiri
oleh penulis. Bahan kepustakaan sekunder terdapat di ensiklopedi, kamus, buku
pegangan, abstrak, indeks, dan textbooks. Dalam melaksanakan kegiatan studi
kepustakaan sebaiknya digunakan sumber kepustakaan primer yang informasinya
lebih otentik. Namun bahan kepustakaan primer yang relevan dengan masalah
peneliti tidak selalu ada, atau karena waktu yang terbatas sulit untuk
diperoleh. Bila hal ini terjadi peneliti terpaksa menggunakan bahan kepustakaan
sekunder. Untuk ini perlu dipertimbangkan adanya ‘bias’ dari penulisnya sebab
informasi ini tidak berasal dari sumber langsung.Beberapa sumber kepustakaan
yang biasanya ada di perpustakaan perguruan tinggi adalah:
Ensiklopedi, yang merupakan sumber referensi yang lengkap. Bila akan mencari informasi tentang suatu topik tertentu, peneliti dapat membaca ensiklopedi umum (general encyclopedia); sedang untuk yang lebih khusus dapat dicari dalam subject encyclopedia.
Buku-buku teks dan referensi, yang berisikan pengetahuan tentang berbagai bidang studi. Direktori dan buku pegangan, yang memuat alamat dan data lainnya serta pedoman untuk mengerjakan sesuatu.
Laporan hasil-hasil penelitian, yang merupakan hasil penelitian baru atau merupakan kelanjutan penelitian sebelumnya.
Tesis, skripsi dan disertasi, yang merupakan karya tulis yang biasanya berkaitan dengan suatu penelitian atau penemuan baru.
Abstrak, yang memuat ringkasan karangan, tesis, dan disertasi.
Majalah, jurnal dan surat kabar, yang memuat artikel-artikel yang relevan dengan masalah. Biografi, yang memuat data perorangan antara lain nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, dsb.
Indeks, yang memuat daftar karya tulis yang disusun secara alfabetis.
Selain informasi yang diperoleh dari berbagai sumber di perpustakaan, peneliti dapat pula memperoleh bahan kepustakaan dari instansi atau lembaga tertentu, misalnya LIPI dengan beberapa lembaganya antara lain PDII (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah), LEKNAS (Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional) dan Biro Pusat Statistik, yang merupakan pusat informasi statistik nasional.
Ensiklopedi, yang merupakan sumber referensi yang lengkap. Bila akan mencari informasi tentang suatu topik tertentu, peneliti dapat membaca ensiklopedi umum (general encyclopedia); sedang untuk yang lebih khusus dapat dicari dalam subject encyclopedia.
Buku-buku teks dan referensi, yang berisikan pengetahuan tentang berbagai bidang studi. Direktori dan buku pegangan, yang memuat alamat dan data lainnya serta pedoman untuk mengerjakan sesuatu.
Laporan hasil-hasil penelitian, yang merupakan hasil penelitian baru atau merupakan kelanjutan penelitian sebelumnya.
Tesis, skripsi dan disertasi, yang merupakan karya tulis yang biasanya berkaitan dengan suatu penelitian atau penemuan baru.
Abstrak, yang memuat ringkasan karangan, tesis, dan disertasi.
Majalah, jurnal dan surat kabar, yang memuat artikel-artikel yang relevan dengan masalah. Biografi, yang memuat data perorangan antara lain nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, dsb.
Indeks, yang memuat daftar karya tulis yang disusun secara alfabetis.
Selain informasi yang diperoleh dari berbagai sumber di perpustakaan, peneliti dapat pula memperoleh bahan kepustakaan dari instansi atau lembaga tertentu, misalnya LIPI dengan beberapa lembaganya antara lain PDII (Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah), LEKNAS (Lembaga Ekonomi dan Kemasyarakatan Nasional) dan Biro Pusat Statistik, yang merupakan pusat informasi statistik nasional.
Menurut Sutrisno Hadi (1991) ada tiga pedoman
untuk pemilihan daftar pustaka yaitu: relevansi, kemutakhiran dan adekuasi.
Yang dimaksud dengan relevansi adalah keterkaitan atau kegayutan yang erat
dengan masalah penelitian. Kemutakhiran adalah sumber-sumber pustaka yang
terbaru untuk menghindari teori-teori atau bahasan yang sudah kadaluwarsa.
(Namun untuk penelitian histories, masih diperlukan sumber bacaan yang sudah
“lama”). Sumber bacaan yang telah “lama” mungkin memuat teori-teori atau
konsep-konsep yang sudah tidak berlaku karena kebenarannya telah dibantah oleh
teori yang lebih baru atau hasil penelitian yang lebih mutakhir. Di samping
sumber itu harus mutakhir, juga harus relevan bagi masalah yang sedang digarap.
Jadi, hendaklah dipilih sumbersumber yang berkaitan langsung dengan masalah
yang sedang diteliti, dan inilah yang dimaksud dengan adekuasi.
Secara garis besar sumber bacaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a). sumber acuan umum; dan b). sumber acuan khusus. Kelompok (a) berwujud teori dan konsep, biasanya terdapat dalam buku-buku teks, ensiklopedia, monografi dan sejenisnya. Kelompok (b) yang merupakan sumber acuan khusus berupa hasil-hasil penelitian terdahulu yang dapat ditemukan dalam jurnal, bulletin penelitian, tesis dan disertasi.
Secara garis besar sumber bacaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu: a). sumber acuan umum; dan b). sumber acuan khusus. Kelompok (a) berwujud teori dan konsep, biasanya terdapat dalam buku-buku teks, ensiklopedia, monografi dan sejenisnya. Kelompok (b) yang merupakan sumber acuan khusus berupa hasil-hasil penelitian terdahulu yang dapat ditemukan dalam jurnal, bulletin penelitian, tesis dan disertasi.
Sebagian besar (lebih dan 50%) kegiatan dalam
keseluruhan proses penelitian adalah membaca, dan membaca itu hampir seluruhnya
terjadi pada langkah penelaahan kepustakaan ini. Menurut Sumadi (1989), membaca
merupakan keterampilan yang hams dikembangkan dan dipupuk. Untuk ini kegemaran membaca
harus dibuat membudaya, membaca harus merupakan kegemaran dan kebutuhan.
Studi kepustakaan tidak selalu “mulus”
pelaksanaannya. Beberapa hambatan umum yang sering menyebabkan ketidak lancaran
kegiatan ini antara lain:
Kurangnya buku atau sumber kepustakaan lain, terutama yang bersifat ilmiah. Sampai saat ini masih terasa sangat kurang bahan kepustakaan ilmiah di Indonesia. Demikian pula bahan kepustakaan ilmiah dari luar negeri juga sulit diperoleh. Hal ini mungkin disebabkan belum berkembangnya system dokumentasi, tidak adanya atau kurangnya komunikasi ilimiah antara peneliti, atau mahalnya biaya kirim atau perizinan, serta hal-hal birokratis lain yang menghambat pemanfaatan informasi ilmiah.
Kelemahan peneliti untuk memahami tulisan-tulisan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Ketidakmampuan membaca buku referensi dalam bahasa asing menyebabkan peneliti tidak dapat memanfaatkan informasi ilmiah dari luar negeri. Penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, akan sangat membantu peneliti untuk mengikuti perkembangan informasi ilmiah. Hasil-hasil penelitian dan teori-teori yang sudah dikembangkan dan tertulis dalam bahasa Inggris tidak dimanfaatkan oleh peneliti yang mau memperdalam pengetahuan yang relevan dengan bidangnya bila dia tidak mampu membaca bahasa asing.
3. Rendahnya minat pada banyak peneliti untuk membaca tulisan ilmiah
untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu di bidangnya masing-masing.
Kelihatannya kegemaran membaca karya ilmiah masih perlu digalakkan
agar peneliti selalu dapat mengikuti perkembangan ilmu yang ada.
Kurangnya buku atau sumber kepustakaan lain, terutama yang bersifat ilmiah. Sampai saat ini masih terasa sangat kurang bahan kepustakaan ilmiah di Indonesia. Demikian pula bahan kepustakaan ilmiah dari luar negeri juga sulit diperoleh. Hal ini mungkin disebabkan belum berkembangnya system dokumentasi, tidak adanya atau kurangnya komunikasi ilimiah antara peneliti, atau mahalnya biaya kirim atau perizinan, serta hal-hal birokratis lain yang menghambat pemanfaatan informasi ilmiah.
Kelemahan peneliti untuk memahami tulisan-tulisan dalam bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Ketidakmampuan membaca buku referensi dalam bahasa asing menyebabkan peneliti tidak dapat memanfaatkan informasi ilmiah dari luar negeri. Penguasaan bahasa asing, terutama bahasa Inggris, akan sangat membantu peneliti untuk mengikuti perkembangan informasi ilmiah. Hasil-hasil penelitian dan teori-teori yang sudah dikembangkan dan tertulis dalam bahasa Inggris tidak dimanfaatkan oleh peneliti yang mau memperdalam pengetahuan yang relevan dengan bidangnya bila dia tidak mampu membaca bahasa asing.
3. Rendahnya minat pada banyak peneliti untuk membaca tulisan ilmiah
untuk dapat mengikuti perkembangan ilmu di bidangnya masing-masing.
Kelihatannya kegemaran membaca karya ilmiah masih perlu digalakkan
agar peneliti selalu dapat mengikuti perkembangan ilmu yang ada.
Untuk mengurangi hambatan pertama di atas
peneliti dapat menghubungi lembaga lain atau koleganya untuk saling menukar
informasi dan meminjam buku-buku ilmiah yang baru. Selain dari itu, usaha
menerjemahkan buku-buku berbahasa asing, terutama yang berbahasa Inggris, perlu
digalakkan dan ditangani dengan sungguh-sungguh.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
Studi kepustakaan harus dilakukan oleh seorang peneliti. Kegiatan ini
dilakukan baik sebelum maupun sesudah peneliti berhasil mengidentifikasikan
masalah. Dengan melakukan studi kepustakaan peneliti dapat mengkaji teori-teori
dalam bidangnya. Kegiatan studi kepustakaan ini sangat menunjang suatu
penelitian. Di sini peneliti dapat menghimpun informasi yang berkaitan dengan latar belakang
penelitian, teori-teori yang melandasi masalah yang akan diteliti, bahan acuan
yang relevan dengan masalah atau topikyang akan diteliti dan hasilhasil
penelitian sejenis sebelumnya. Selain itu studi kepustakaan juga memperdalam
dan menambah pengetahuan peneliti dalam hal teori dan metodologi penelitian.
Hasil studi kepustakaan yang disusun dalam bentuk essay dimasukkan dalam laporan penelitian. Kajian kepustakaan yang disusun secara logis dan sistematis dengan bahasa yang jelas akan bermanfaat bagi para peneliti yang akan datang. Kegiatan studi kepustakaan dapat dikatakan berhasil bila segi-segi yang penting dan menunjang penelitian dapat terpenuhi dan hasilnya dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan penelitian.
Hasil studi kepustakaan yang disusun dalam bentuk essay dimasukkan dalam laporan penelitian. Kajian kepustakaan yang disusun secara logis dan sistematis dengan bahasa yang jelas akan bermanfaat bagi para peneliti yang akan datang. Kegiatan studi kepustakaan dapat dikatakan berhasil bila segi-segi yang penting dan menunjang penelitian dapat terpenuhi dan hasilnya dapat dimanfaatkan dalam pelaksanaan penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Bintarto, HR. Perangkaan Penelitian.
Yogyakarta, 1992.
Brotowidkijb,– Mika* D. Metbdologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Liberty,1991.
Djarwanto Ps. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Sripsi. Yogyakarta: Liberty, 1990.
Effendi, S. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa, Depacbud, 1979.
Hadi, Sutrisno. Bimbingan Menulis Sripsi, Thesis. 2 jilid. Yogyakarta: Andi Offset, Jilid I, 1989. Jilid II, 1990.
Kasbolah, Kasihani. “Studi kepustakaan”, artikel Forum Penelitian, 4(1-2), 1992: 179-185.
Mantra, Ida Bagoes. Langkah-langkah Penelitian Survai: Usulan Penelitian dan Laporan Penelitian. Yogyakarta: Badan Penerbit Fak. Geografi-UGM, 2000.
Nasution, S. dan M. Thomas. Buku Penuntun Membuat Disertasi„ Thesis, Skripsi, Report, Paper. Bandung: Jemmars, 1980.
Surakhmad, Winarno. Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi, Buku Pegangan, Cara
Merencanakan, Cara Menuhs, Cara Menilai. Bandung: Tarsito, 1981.
Suryabrata, S. Metodologi Penelitian. Jakarta: C.V. Rajawali, 1969.
Westra, IGK Paridjata. Pedoman Penulisan Skripsi Berdasarkan Penelitian Empiris di lingkungan Perguruan Tinggi. Surabaya: Airlangga University Press, 1991.
Brotowidkijb,– Mika* D. Metbdologi Penelitian dan Penulisan Karangan Ilmiah. Yogyakarta: Liberty,1991.
Djarwanto Ps. Pokok-pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Sripsi. Yogyakarta: Liberty, 1990.
Effendi, S. Pedoman Penulisan Laporan Penelitian. Jakarta: Pusat Pembinaan Bahasa, Depacbud, 1979.
Hadi, Sutrisno. Bimbingan Menulis Sripsi, Thesis. 2 jilid. Yogyakarta: Andi Offset, Jilid I, 1989. Jilid II, 1990.
Kasbolah, Kasihani. “Studi kepustakaan”, artikel Forum Penelitian, 4(1-2), 1992: 179-185.
Mantra, Ida Bagoes. Langkah-langkah Penelitian Survai: Usulan Penelitian dan Laporan Penelitian. Yogyakarta: Badan Penerbit Fak. Geografi-UGM, 2000.
Nasution, S. dan M. Thomas. Buku Penuntun Membuat Disertasi„ Thesis, Skripsi, Report, Paper. Bandung: Jemmars, 1980.
Surakhmad, Winarno. Paper, Skripsi, Thesis, Disertasi, Buku Pegangan, Cara
Merencanakan, Cara Menuhs, Cara Menilai. Bandung: Tarsito, 1981.
Suryabrata, S. Metodologi Penelitian. Jakarta: C.V. Rajawali, 1969.
Westra, IGK Paridjata. Pedoman Penulisan Skripsi Berdasarkan Penelitian Empiris di lingkungan Perguruan Tinggi. Surabaya: Airlangga University Press, 1991.
Minggu, 04 Desember 2016
PERUBAHAN KURIKULUM
MAKALAH
PERUBAHAN KURIKULUM
Makalah Ini Disusun untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah
PENGEMBANGAN
KURIKULUM PAI
DOSEN : Afiful Ikhwan, M.Pd.I
DISUSUN OLEH :
M. ABDUL KHOIRI
ZAENAL ARIFIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH TULUNGAGUNG
TULUNGAGUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kamiucapkan kehadirat
Allah Swt. Karena berkat rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam juga tidak lupa kita curahkan
kepada nabi Muhammad SAW. beserta para keluarga, sahabat dan para pengikutnya
hingga akhir zaman. Adapun judul makalah ini yaitu ”Perubahan Kurikulum”.
Makalah ini, kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Pengembangan
Kurikulum PAI. Pada kesempatan ini pula, kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen pengampu mata kuliah Pengembanagan
Kurikulum PAI yang telah membimbing kami.
Akhir kata,
kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, baik untuk
kelompok kami ataupun bagi pembaca serta dapat menambahkan wawasan dan
meningkatkan pengetahuan.
Tulungagung, 05 September 2016.
PENYUSUN
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI .......................................................................................................... iii
BAB
I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG................................................................................. 1
B. RUMUSAN
MASALAH ............................................................................ 3
C. TUJUAN
PENULISAN ............................................................................. 3
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A. Prinsip
Kurikulum...................................................................................... 4
B. Faktor
yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum....................... 9
BAB
III
PENUTUP
KESIMPULAN ..................................................................................................... 13
PENUTUP
KESIMPULAN ..................................................................................................... 13
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Bila kita bicara tentang perubahan kurikulum, kita dapat
bertanya dalam arti apa kurikulum digunakan. Kurikulum dapat dipandang sebagai
buku atau dokumen yang dijadikan guru sebagai pegangan dalam proses
belajar-mengajar. Kurikulum dapat juga dilihat sebagai produk yaitu apa yang
diharapkan dapat dicapai siswa dan sebagai proses untuk mencapainya. Keduanya
saling berkaitan.
Kurikulum dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang hidup
dan berlaku selama jangka waktu tertentu dan perlu direvisi secara berkala agar
tetap relevan dengan perkembangan zaman.Selanjutnya kurikulum dapat ditafsirkan
sebagai apa yang dalam kenyataan terjadi dengan murid dalam kelas. Kurikulum
dalam arti ini tak mungkin direncanakan sepenuhnya betapapun
rincinya direncanakan, karena dalam interaksi dalam kelas selalu timbul hal-hal
yang spontan dan kreatif yang tak dapat diramalkan sebelumnya. Dalam hal ini
guru lebih besar kesempatannya menjadi pengembang kurikulum dalam kelasnya.
Akhirnya kurikulum dapat dipandang sebagai cetusan jiwa
pendidik yang berusaha untuk mewujudkan cita-cita, nilai-nilai yang tertinggi
dalam kelakuan anak didiknya. Kurikulum ini sangat erat hubungannya dengan
kepribadian guru. Kurikulum yang formal, mengubah pedoman kurikulum, relatif
lebih terbatas daripada kurikulum yang riil.
Kurikulum yang riil, bukan sekadar buku pedoman, melainkan
segala sesuatu yang dialami anak dalam kelas, ruang olah raga, warung sekolah,
tempat bermain, karyawisata, dan banyak kegiatan lainnya, pendek kata mengenai
seluruh kehidupan anak sepanjang bersekolah. Mengubah kurikulum dalam arti yang
luas ini jauh lebih luas dan dengan demikian lebih pelik, sebab menyangkut
banyak variabel. Perubahan kurikulum di sini berarti mengubah semua yang
terlibat di dalamnya, yaitu guru sendiri, murid, kepala sekolah, penilik
sekolah, juga orang tua dan masyarakat umumnya yang berkepentingan dalam
pendidikan sekolah. Dalam hal ini dikatakan bahwa perubahan kurikulum adalah
perubahan sosial, curriculum change is social change.
Perubahan tak selalu sama dengan perbaikan, akan tetapi
perbaikan selalu mengandung perubahan. Perbaikan berarti meningkatkan nilai
atau mutu. Perubahan adalah pergeseran posisi, kedudukan atau keadaan yang
mungkin membawa perbaikan, akan tetapi dapat juga memperburuk keadaan. Anak
yang mula-mula tak mengenali ganja, dapat berubah menjadi anak yang mengenalnya
lalu terlibat dalam kejahatan. Perubahan di sini tidak membawa perbaikan. Namun
demikian sering diadakan perubahan dengan maksud terjadinya perbaikan.
Perbaikan selalu dikaitkan dengan penilaian.
Perbaikan diadakan untuk meningkatkan nilai, dan untuk mengetahuinya
digunakan kriteria tertentu. Perbedaan kriteria akan memberi perbedaan pendapat
tentang baik buruknya perubahan itu. Perubahan, sekalipun memberi perbaikan
dalam segala hal bagi semua orang. Dalam bidang kurikulum kita lihat betapa
banyaknya ide dan usaha perbaikan kurikulum yang dicetuskan oleh berbagai tokoh
pendidikan yang terkenal. Macam-macam kurikulum telah diciptakan dan banyak di
antaranya telah dijalankan. Apa yang mula-mula diharapkan, akhirnya ternyata
menimbulkan masalah lain, sehingga kurikulum itu ditinggalkan atau diubah. Ada
masanya pelajaran akademis yang diutamakan, kemudian tampil anak sebagai pusat
kurikulum, sesudah itu yang dipentingkan ialah masyarakat, akan tetapi timbul
pula perhatian baru terhadap pengetahuan akademis. Namun demikian, dalam
sejarah pendidikan, tak pernah sesuatu kembali dalam bentuk aslinya. Biasanya
yang lama itu timbul dalam bentuk yang agak lain, pada taraf yang lebih tinggi.
Misalnya, bila dalam pelajaran akademis diutamakan hafalan fakta dan informasi,
kemudian diutamakan prinsip-prinsip utama. Bila pada ketika kurikulum
sepenuhnya dipusatkan pada anak, kemudian disadari bahwa tak dapat anak hidup
di luar masyarakat. Disadari bahwa dalam kurikulum tak dapat diutamakan hanya
satu aspek saja, akan tetapi semua aspek : anak, masyarakat, maupun pengetahuan
secara berimbang.
Pendidikan
mempunyai peranan sangat penting dalam keseluruhan aspek kehidupan manusia. Hal
itu disebabkan pendidikan berpengaruh langsung terhadap perkembangan manusia.
Kalau bidang-bidang lain seperti ekonomi, pertanian, arsitektur, dan sebagainya
berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan manusia, pendidikan
berkaitan langsung dengan pembentukan manusia. Oleh karena itu, Kurikulum
sebagai rancangan pendidikan menentukan proses pelaksanaan dan hasil
pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum dalam pendidikan dan dalam
perkembangan kehidupan manusia, penyusunan kurikulum tidak dapat dikerjakan
sembarangan, terutama pada tahap pengembangannya. Pengembangan kurikulum mengacu
pada dua sistem, yaitu; sistem lingkungan dan sistem yang ada dalam kurikulum
itu sendiri.
B. RUMUSAN MASALAH
1.
Apa Saja Prinsip-prinsip Kurikulum itu?
2.
Faktor Apa Saja yang Mempengaruhi
Pengembangan Kurikulum?
C. TUJUAN PENULISAN
1.
Agar
Mengetahui Prinsip-prinsip Kurikulum.
2.
Agar
Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Prinsip Kurikulum
Kurikulum adalah perangkat mata
pelajaran yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang
berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam
satu periode jenjang pendidikan. Penyusunan perangkat mata pelajaran ini
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan setiap jenjang pendidikan dalam
penyelenggaraan pendidikan tersebut.
Kurikulum merupakan sarana
pencapaian tujuan, jika tujuan kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula.
Perubahan dimaksud mungkin mengenai materinya, orientasinya, pendekatannya,
ataupun metodenya.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
No. 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. Istilah
kurikulum dikenal sebagai suatu istilah dalam dunia pendidikan sejak
kurang dari satu abad yang lampau.([1])
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum
semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Kurikulum
disusun oleh para ahli pendidikan/ ahli kurikulum, ahli bidang ilmu,
pendidikan, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya.
Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana
pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang
dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga maupun masyarakat.([2])
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan yang
dinamis. Hal ini berarti bahwa kurikulum harus selalu dikembangkan dan
disempurnakan agar sesuai dengan laju perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta masyarakat yang sedang membangun. Pengembangan kurikulum harus
didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal ini dimaksudkan
agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat, bakat,
kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah sehingga dapat
memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka perwujudan atau
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengelompokkan
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum ke dalam dua bagian yaitu :
- Prinsip-Prinsip
Umum
a.
Prinsip Relevansi
·
Relevansi Keluar (Eksternal), yaitu tujuan, isi, dan proses belajar yang
tercakup dalam kurikulum itu sendiri. Maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar
yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan kebutuhan dan
perkembangan masyarakat, yang menyiapkan siswa untuk bisa hidup dan bekerja
dalam masyarakat. Isi kurikulum mempersiapkan siswa sekarang dan siswa yang
akan datang untuk tugas yang ada dalam perkembangan masyarakat.
·
Relevansi Didalam (Internal), yaitu adanya kesesuaian atau kosistensi antara
komponen-komponen kurikulum yaitu antara tujuan, isi proses penyampaian dan
penilaian. Relevansi ini menunjukkan suatu keterpaduan kurikulum.
b.
Prinsip Fleksibilitas
Fleksibilitas sebagai salah satu prinsip
pengembangan kurikulum dimaksudkan adanya ruang gerak yang memberikan sedikit
kelonggaran dalam melakukan atau mengambil suatu keputusan tentang suatu
kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pelaksana kurikulum di lapangan. Kurikulum
juga hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel. Kurikulum mempersiapkan anak
untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang, di sini dan ditempat lain, bagi
anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Suatu kurikulum
yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam
pelaksanaannya mungkin terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi
daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.
c.
Prinsip Kontinuitas (Kesinambungan)
Perkembangan dan proses belajar anak
berlangsung secara berkesinambungan, tidak terputus-putus atau
berhenti-berhenti. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman belajar yang
disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat kelas,
dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya,
juga antara jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu
dilakukan serempak bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerja sama
antara para pengembangan kurikulum sekolah dasar dengan SMp, SMA, dan Perguruan
Tinggi.
d.
Prinsip Praktis
Kurikulum harus praktis, mudah dilaksanakan,
menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya juga murah. dan efisien.. Walaupun
bagus dan idealnya suatu kurikulum kalau menuntut keahlian-keahlian dan
peralatan-peralatan yang sangat khusus dan mahal biayanya maka kurikulum
tersebut tidak praktis dan sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu
dilaksanakan dalam keterbatasan-keterbatasan , baik keterbatasan waktu, biaya,
alat, maupun personalia. Kurikulum bukan hanya harus ideal tetapi juga praktis.
e.
Prinsip Efektivitas
Walaupun
kurikulum tersebut harus murah dan sederhana tetapi keberhasilannya tetap harus
diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum ini baik secara kuantitas
maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak dapat dilepaskan dan
merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan dibidang
pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah dibidang pendidikan. Keberhasilan
kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan.
Kurikulum pada dasarnya berintikan empat
aspek utama yaitu:
a. Tujuan-tujuan pendidikan.
b. Isi Pendidikan
c. Pengalaman belajar
d. Penilaian
a. Tujuan-tujuan pendidikan.
b. Isi Pendidikan
c. Pengalaman belajar
d. Penilaian
Keempat aspek diatas serta kebijaksanaan
pendidikan perlu selalu mendapat perhatian dalam pengembangan kurikulum.
2. Prinsip-Prinsip Khusus
a.
Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan
Tujuan merupakan pusat kegiatan dan arah
semua kegiatan pendidikan. Perumusan kompenen-kompenen kurikulum hendaknya
mengacu pada tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan mencakup tujuan yang bersifat
umum atau berjangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perumusan
tujuan pendidikan bersumber pada :
·
Ketentuan dan kebijaksanaan pemerintah, yang dapat ditemukan dalam
dokumen-dokumen lembaga negara mengenai tujuan, dan strategi pembangunan
termasuk didalamnya pendidikan.
·
Survai mengenai persepsi orang tua/ masyarakat tentang kebutuhan mereka yang
dikirimkan melalui angket atau wawancara dengan mereka.
·
Survei tentang pandangan para ahli dalam bidang-bidang tertentu, dihimpun
melalui angket, wawancara, observasi, dan dari berbagai media massa.
·
Survai tentang manpower.
·
Pengalaman negara-negara lain dalam masalah yang sama.
·
Penelitian
b.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan
Memilih isi pendidikan yang sesuai
dengan keutuhan pendidikan yang telah ditentukan para perencana kurikulum perlu
mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
·
Perlu penjabaran tujuan pendidikan/ pengajaran kedalam bentuk perbuatan hasil
belajar yang khusus dan sederhana. Makin umum suatu perbuatan hasil belajar
dirumuskan semakin sulit menciptakan pengalaman belajar
·
Isi bahan pelajaran harus meliputi segi pengetahuan, sikap, dan ketrampilan.
·
Unit-unit kurikulum harus disusun dalam urutan yang logis dan sistematis.
Pengetahuan, sikap dan ketrampilan diberikan secara simultan dalam urutan
situasi belajar.
c.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar
Pemilihan proses belajar mengajar yang
digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
·
Apakah metode/ teknik tersebut memberikan kegiatan yang bervariasi sehingga
dapat melayani perbedaan individual siswa.
·
Apakah metode/ teknik tersebut memberikan urutan kegiatan yang
bertingkat-tingkat?
·
Apakah metode/ teknik tersebut dapat menciptakan kegiatan yuntuk mencapai
tujuan, kognitif, afektif dan psikomotor?
·
Apakah metode/ teknik tersebut lebih mengaktifkan siswa atau mengaktifkan guru
atau kedua-duanya.
·
Apakah metode/ teknik tersebut mendorong berkembangnya kemampuan baru.?
·
Apakah metode/ teknik tersebut menimbulkan jalinan kegiatan belajar disekolah
dan di rumah juga mendorong penggunaan sumber yang ada dirumah dan di
masyarakat?
·
Untuk belajar ketrampilan sangat dibutuhkan kegiatan belajar yang menekankan
”learning by doing” di samping ” learning by seeing and knowing.
d.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pengajaran
Proses belajar mengajar yang baik perlu
didukung oleh penggunaan media dan alat-alat bantu pengajaran yang tepat. Alat
/ media pengajaran apa yang diperlukan. Apakah semuanya sudah tersedia? Bila
alat tersebut tidak ada apa penggantinya?
Kalau ada alat yang harus dibuat,
hendaknya memperhatikan bagaimana pembuatannya, siapa yang membuat,
pembiayaannya dan waktu pembuatannya?. Bagaimana pengorganisasian alat dalam
bahan pelajaran, apakah dalam bentuk modul, paket belajar, dan lain-lain?
Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
Bagaimana pengintegrasiannya dalam keseluruhan kegiatan belajar?
Hasil yang terbaik akan diperoleh dengan menggunakan multi media.
e.
Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian
Penilaian merupakan bagian integral dari
pengajaran:
·
Dalam penyusunan alat penilaian (test) hendaknya diikuti langkah-langkah :
Rumuskan tujuan-tujuan pendidikan yang umum, dalam ranah-ranah kognitif,
afektif dan psikomotor. Uraikan kedalam bentuk tingkah laku murid yang dapat
diamati. Hubungkan dengan bahan pelajaran. Tuliskan butir-butir test.
B. Faktor
yang Mempengaruhi Pengembangan Kurikulum
Dalam
Sukmadinata (2006 : 158), ada tiga faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum, yaitu :
v Perguruan Tinggi
v Masyarakat
v Sistem nilai
1. Pergururan Tinggi
Perguruan tinggi setidaknya memberikan dua pengaruh terhadap kurikulum
sekolah.
Pertama, dari segi pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dikembangkan diperguruan tinggi umum. Pengetahuan dan teknologi
banyak memberikan sumbangan bagi isi kurikulum serta proses pembelajaran. Jenis
pengetahuan yang dikembangkan di perguruan tinggi akan mempengaruhi isi
pelajaran yang akan dikembangkan dalam kurikulum. Perkembangan teknologi selain
menjadi isi kurikulum juga mendukung pengembangan alat bantu dan media
pendidikan.
Kedua, dari segi pengembangan ilmu pendidikan dan
keguruan serta penyiapan guru-guru Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan
(LPTK, seperti IKIP, FKIP, STKIP). Kurikulum Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan juga mempengaruhi pengembangan kurikulum, terutama melalui
penguasaan ilmu dan kemampuan keguruan dari guru-guru yang dihasilkannya.
Pengusaan keilmuan, baik ilmu pendidikan maupun ilmu bidang studi serta
kemampuan mengajar dari guru-guru akan sangat mempengaruhi pengembangan dan
implementasi kurikulum di sekolah. Guru-guru yang mengajar pada berbagai
jenjang dan jenis sekolah yang ada dewasa ni, umumnya disiapkan oleh LPTK
melalui berbagai program, yaitu program diploma dan sarjana. Pada Sekolah Dasar
masih banyak guru berlatar belakang pendidikan SPG dan SGO, tetapi secara
berangsur-angsur mereka mengikuti peningkatan kompetensi dan kualifikasi
pendidikan guru melalui program diploma dan sarjana.
2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat, yang diantaranya bertugas
mempersiapkan anak didik untuk dapat hidup secara bermatabat di masyarakat.
Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan
masyarakat di tempat sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya
mencerminkan kondisi masyarakat penggunanya serta upaya memenuhi kebutuhan dan
tuntutan mereka.
Masyarakat yang ada di sekitar sekolah mungkin merupakan masyarakat yang
homogen atau heterogen. Sekolah berkewajiban menyerap dan melayani
aspirasi-aspirasi yang ada di masyarakat. Salah satu kekuatan yang ada dalam
masyarakat adalah dunia usaha. Perkembangan dunia usaha yang ada di masyarkat
akan mempengaruhi pengembangan kurikulum. Hal ini karena sekolah tidak hanya
sekedar mempersiapkan anak untuk selesai sekolah, tetapi juga untuk dapat
hidup, bekerja, dan berusaha. Jenis pekerjaan yang ada di masyarakat
berimplikasi pada kurikulum yang dikembangkan dan digunakan sekolah.
3. Sistem Nilai
Dalam kehidupan bermasyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral,
keagamaan, sosial, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga
masyarakat juga bertangung jawab dalam pemeliharaan dan pewarisan nilai-nilai
positif yang tumbuh di masyarakat.
Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan
dalam kurikulum. Persoalannya bagi pengembang kurikulum ialah nilai yang ada di
masyarakat itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen, terdiri dari
berbagai kelompok etnis, kelompok vokasional, kelompok intelek, kelompok
sosial, dan kelompok spritual keagamaan, yang masing-masing kelompok itu
memiliki nilai khas dan tidak sama. Dalam masyarakat juga terdapat aspek-aspek
sosial, ekonomi, politk, fisik, estetika, etika, religius, dan sebagainya.
Aspek-aspek tersebut sering juga mengandung nilai-nilai yang berbeda.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mengakomodasi pebagai
nilai yang tumbuh di masyarakat dalam kurikulum sekolah, diantaranya :
· Mengetahui
dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat
· Berpegang
pada prinsip demokratis, etis, dan moral
· Berusaha
menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru
· Menghargai
nlai-nilai kelompok lain
· Memahami
dan menerima keragaman budaya yang ada
Berdasarkan
analisis kami, bukan hanya 3 (tiga) faktor yang dikemukan oleh Sukmadinata
(2006) saja, yang merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan
kurikulum, tetapi masih ada faktor lain yang dapat mempengaruhi pengembangan
kurikulum. Salah satunya landasan pengembangan kurikulum itu sendiri.([3])
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
1.
Pengembangan
kurikulum harus didasarkan pada prinsip-prinsip pengembangan yang berlaku. Hal
ini dimaksudkan agar hasil pengembangan kurikulum tersebut sesuai dengan minat,
bakat, kebutuhan peserta didik, lingkungan, kebutuhan daerah sehingga dapat
memperlancar pelaksanaan proses pendidikan dalam rangka perwujudan atau
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
2.
Berdasarkan analisis kami, bukan hanya 3
(tiga) faktor yang dikemukan oleh Sukmadinata (2006) saja, yang merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum, tetapi masih ada faktor
lain yang dapat mempengaruhi pengembangan kurikulum. Salah satunya landasan
pengembangan kurikulum itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
S, Adiwikarta 1994. Kurikulum yang Berorientasi pada Kekinian,
Kurikulum untuk Abad 21, akarta : Grasindo.
Putra Andesnata, FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN
KURIKULUM, https://sites.google.com/site/putraandesnata/faktor-yang-mempengaruhi-pengembangan-kurikulum , (20 Nopember 2008)
[2].
Adiwikarta,S, 1994. Kurikulum yang Berorientasi pada Kekinian,
Kurikulum untuk Abad 21, (Jakarta : Grasindo).
[3] . Putra Andesnata, FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENGEMBANGAN KURIKULUM, https://sites.google.com/site/putraandesnata/faktor-yang-mempengaruhi-pengembangan-kurikulum , (20 Nopember 2008)
Langganan:
Postingan (Atom)